Blog ini mengambarkan keluarga Arrie. Berita semasa tentang perkembangan ahli keluarga. Kejayaan, kenangan pahit manis akan dinukilkan disini...

online

URL tambah duit

Sunday, May 24, 2009

Kelahiran adik baru....


Tanggal 22 Mei 2009, tepat pada pukul 8.23 minit mlm Insyirah Afiqah telah selamat dilahirkan di Hospital Banting. Berat badan hanya 2.8 kg. (Gambar ini diambil pada keesokkan harinya sebelum pulang ke rumah).

Sementara menunggu abah menyediakan juadah makan malam mama mengisi masa mengupload gambar2 yang sempat diambil sementara menunggu kelahiran baby baru.

Abah sedang resah menunggu mama di luar wad. Tapi masih sempat berposing.


Gelagat anak2 menunggu mama keluar dari labour room.

Abang Arrie kepenatan baru saja pulang dari sekolah dah bergegas ke hospital.


Insyirah sebaik sahaja dilahirkan. Semoga besar menjadi anak yang solehah. Insyaallah.

Note: Terima kasih kepada anak2 dan abah yang sabar menjaga mama sepanjang waktu. Masak makanan orang dalam pantang, abah walaupun jarang memasak tetapi makanan yang disediakan Sodap.

Bukan taknak duduk rumah nenek kalau boleh mama taknak susahkan nenek yang banyak commitment menjaga anak2 buah yang lain juga adik2 yang masih bersekolah. Mama harap nenek tak berkecil hati kerana mama menolak perlawaan nenek.


Telatah Insyirah Afiqah.

Sunday, May 17, 2009

Ronda2 di Batu Pahat..


Dalam perjalanan ke Batu Pahat singgah sebentar di R&R Tapah. Maklumlah driver mengadu letih bawak kereta... Anak2 yang paling seronok, sempat lagi main di playground yang disediakan...

Peace... aik kenapa sampai lima jari Dina...

Sampai je kat Batu Pahat terus ronda2 tengok rumah dan temapat kerja abah yang baru (Miyatech). Selepas letih ronda2 sekitar pekan Batu Pahat cari hotel untuk tidur pada sebelah malamnya.

Align Left
Jom bergambar dulu baru landing.. bukan selalu....

Kesian abah letih sangat.. tidur dulu malam kita sambung jalan2 lagi.. letih la bawak kereta..




Gelagat anak2 sebelum berangkat pulang ke Klang... Habislah...terukla staff housekeeping hotel tu nak mengemas, tengok sampai tercabut kepala katil di buat Dina....

Wednesday, May 13, 2009

Hukum Menangisi kematian


Gambar sekadar hiasan

Begitu banyak pendapat yang kita dengar tentang hukum menangisi kematian. Persoalannya sejauh mana kebenaran pendapat berkenaan dan pendapat mana yang paling rojeh untuk kita ikuti. Artikel ini sekadar mengungkap keseluruhan pendapat dan mengambil kesimpulan darinya. Terpulang kepada pembaca sendiri untuk mengambil pendapat mana yang difikirkan paling sesuai.
Dalam menyusuri tajuk di atas ada baiknya kita merujuk dari hadis-hadis Nabi.
Hadis 1
Dari Jabir bin Abdullah radhiallaahuanhu ia pernah berkata: Pada peperangan Uhud ayahku terbunuh, akupun menyingkap kain dari wajahnya dan menangis. Orang-orang melarangku namun Rasulullah SAW tidak melarang, kemudian Fathimah ikut menangis lalu Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda, : “Engkau tangisi atau tidak malaikat akan terus menaunginya dengan sayap-sayap mereka sampai kalian mengusungnya.” (Muttafaq ‘alaih).
Hadis 2
Dari Ibnu Umar radhiallaahuanhu diriwayatkan bahwa ia berkata: “Saad bin Ubadah pernah sakit tenat. Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam datang menjenguknya bersama Abdur Rahman bin Auf, Saad bin Abi Waqqash serta Abdullah bin Mas’ud radhiallaahu anhu. Ketika beliau masuk Saad sudah dikerumuni keluarganya, beliau lalu bertanya: “Apakah ia sudah tiada?” mereka menjawab: “Belum wahai Rasulullah. “Maka beliaupun menangis dan ketika orang-orang melihat Nabi menangis merekapun menangis. Beliau bersabda, yang ertinya: “Sesungguhnya Allah itu tidak menyiksa kerana titisan air mata kesedihan hati, tetapi Allah hanya akan menyiksa karena ini, (beliau menunjuk kearah lidahnya) atau Allah akan mengampuninya.” (HR. Al-Bukhari)
Hadis 3
Anas bin Malik radhiallaahu anhu juga pernah meriwayatkan ketika putra Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam, Ibrahim akan meninggal, ia datang menemui Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam sedangkan Ibrahim nafasnya sudah termengah-mengah, maka kedua mata beliaupun berlinang air mata.
Dalam riwayat lain disebutkan beliau mengambilnya dan meletakkannya di atas pangkuan sambil berkata: “Wahai anakku! Aku tidak memiliki hak kuasa apapun yang dapat kuberikan kepadamu di sisi Allah”.
Melihat Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam menangis, Abdul Rahman bin Auf dan Anas lalu bertanya: “Wahai Rasulullah mengapa kamu menangis? Bukankah kamu telah melarang menangis?’ Beliau menjawab : “Wahai Ibnu Auf, sesungguhnya tangisan itu adalah rahmat, dan barangsiapa tidak memiliki kasih sayang maka ia tidak mendapatkan kasih sayang”, kemudian beliau bersabda lagi: ” Sesungguhnya mata bisa berlinang, hati juga bisa berduka namun kita hanya bisa mengucapkan yang diredhai tuhan kita. Wahai Ibrahim, sungguh kami sangat bermuram durja kerana berpisah denganmu.” (HR. Al-Bukhari dan Mus-lim)
Hadis 4
Dalam riwayat lain Anas berkata bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam pernah bersabda : “Zaid mengambil panji peperangan kaum muslimin kemudian ia terbunuh, lalu panji diambil alih oleh Abdullah bin Rawahah dan dia pun terbunuh, kemudian diambil alih pula oleh Ja’far dan dia juga terbunuh.” Kedua mata Rasululloh Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam berlinang air mata. Setelah itu panji diambil alih oleh Khalid bin Walid tanpa adanya penyerahan sebelumnya, namun melalui tangannya Allah Subhannahu wa Ta’ala memberi kemenangan.” (HR Al Bukhari).
Hadis 5
Dari Ibnu Abbas Radhiallaahu anhu disebutkan bahwa ketika Zainab putri Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam wafat maka sebahagian kaum wanita ada yang menangis, maka ketika Umar radhiallaahu anhu mahu memukul para wanita itu dengan cemetinya, Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam mencegahnya kemudian beliau bersabda : “Sabar wahai Umar! kalian semua kaum wanita hendaklah berhati-hati terhadap teriakan syaitan!” Beliau kemudian bersabda lagi: “Apabila kesedihan hanya dari mata dan hati maka itu dari Allah dan merupakan rahmat, namun jika itu dari tangan dan mulut maka ia dari syaitan.” (HR. Ahmad)
Hadis 6
Dalam riwayat lain tentang kisah meninggalnya putra Rasulullah SAW yang bernama Ibrahim, yakni sebagaimana disampaikan oleh Asma’ binti Yazid Radhiallaahu anha, dia berkata: “Ketika Ibrahim putra Rasulullah SAW wafat, beliau menangis. Kemudian Abu bakar -atau mungkin Umar- bertanya: “Wahai Rasulullah, Engkau adalah orang yang paling berhak untuk dimuliakan haknya oleh Allah.” Maka beliau bersabda: “Mata bisa menangis, hati boleh bersedih, namun kita hanya mengucapkan yang diredhai Ilahi. Kalaulah bukan janji yang benar, tempat kembali yang sempurna dan akhirat yang pasti datang setelah berlalunya dunia, pasti kami sudah mendapatkan hal yang paling berat dengan kepergianmu. Sungguh kami amat berduka karenamu.” (HR. Ibnu Majah)
Dalil-dalil di atas merupakan hujah-hujah mereka yang berpendapat dibolehkan menangisi kematian atau saat menghampiri kematian. Pendapat tersebut selaras dengan madzhab Hambali sebagaimana kata Imam Ahmad bin Hambal dan Abu Hanifah.
Sedangkan pendapat Imam Syafi’i dan banyak kalangan shahabat melarang menangisi mayat setelah meninggalnya, dan membenarkan menangis ketika belum meninggal sahaja.
Hujah yang digunakan sebagaimana hadis-hadis di bawah :-
Hadis 1
Dari Jabir bin Atik radhiallaahu anhu, ketika Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam menjenguk Abdullah bin Tsabit Radhiallaahu anhu beliau mendapatinya sudah hampir meninggal dunia. Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam memanggilnya namun Abdullah sudah tidak menjawab lagi, kemudian beliau mengucap istirja’ (Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un) sambil bersabda :
“Kami terlambat mendatangimu wahai Abu Rabi.” Maka kalangan wanita pun menangis, dan Ibnu Atik berusaha untuk mendiamkan mereka, namun Rasululloh Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda, artinya: “Biarkan saja mereka. Apabila datang kepastian maka janganlah ada yang menangis lagi.” Ibnu Atik bertanya: “Apa kepastian itu wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: “Kematian” (HR. Ahmad dan Abu Dawud, hadits ini sesuai lafazh Abu Dawud).
Ini menujukkan larangan menangisi orang yang telah meninggal dan kebenaran menangisi sebelun meninggal. Larangan tersebut diperkuat dengan hadits shahih riwayat Al-Bukhari dan Muslim.
Hadis 2
Dari Abdullah Ibnu Umar, Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda : “Sesungguhnya orang meninggal akan tersiksa oleh tangisan keluarganya.”
(HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Istilah al-mayit yang digunakan di sini menunjukkan bahwa ia telah meninggal dunia kerana orang yang belum meninggal tidak dikatakan sebagai mayat.
Hadis 3
Ibnu Umar Radhiallaahu anhu juga meriwayatkan bahwa ketika Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam pulang dari Uhud dan mendengar di kalangan wanita Bani Asyhal menangisi orang yang meninggal, maka beliau bersabda: “Hamzah tidak ada yang menangisinya.” Maka datanglah wanita dari kaun Al-Anshar lalu menangisi Hamzah di sisi Nabi. Maka Rasulullah bangunt dan bersabda: “Celaka mereka, mengapa mereka menangis di sini, sesungguhnya mereka telah menyusahkan diri sendiri. Suruhlah mereka semua pulang kemudian janganlah mereka menangisi orang yang meninggal setelah hari ini.” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah)
Persoalannya bagaiamana kita hendak simpulkan dari perbezaan status hadis-hadis di atas. Kedua-dua pendapat agak kuat dan yang mana patut dijadikan amalan.
Adalah tidak wajar kita menyalahkan pendapat orang lain umpamanya kita bermazhab Syafi’i berpendapat tidak dibolehkan menangisi kematian, tiba-tiba datang orang bermazhab Hambali menangisi kematian lalu kita menyalahkan mereka. Perlu kita sedari setiap imam-imam besar adalah mujtahid dan kita perlu menghormati ijtihad mereka
Kesimpulan dari kedua-dua pendapat di atas, menangisi kematian samaada pada yang sudah meniggal atau akan meniggal adalah dibolehkan asalkan tidak melampaui batas-batas syariat. Jika tangisan beserta teriakan, meraung, memukul wajah, mencarik pakaian dan sebagainya itu adalah suatu yang terlarang.
Ianya bertepatan dengan larangan nabi kerana berupa amalan syaitan seperti hadis di atas. Jika sekadar kata-kata sedih “mak dah tiada” beserta titisan air mata kesedihan tanpa ada perasaan tidak redho dengan pemergiannya tidaklah mengapa. Kata-kata umpama “ kenapa tuhan ambil anak aku….!!! Apa dosa aku…!!!” hendaklah dijauhi kerana ianya umpama kita tidak meredhoi ketentuan Ilahi.
Adapun dalil tentang larangan menangis, perlu kita pahami sebagai larangan dari tangisan yang disertai ratapan serta sikap-sikap sebagaimana yang telah disebutkan di atas. Hal ini juga diperkuat dengan riwayat lain yang menyebutkan bahwa sesungguhnya mayat itu akan tersiksa disebabkan ratapan keluarganya , di samping yang menggunakan lafazh tangisan.
Perlu juga diambil perhatian bahawa kesedihan itu tidaklah diperintahkan tetapi dibolehkan dan jika kesedihan itu menjurus kepada kelemahan hati dan menjauhkan dari melaksanakan perintah Allah dan rasul-Nya maka ia adalah tercela.
Sebaliknya jika kesedihan itu diiringi dengan perbuatan-perbuatan terpuji yang mengandungi pahala maka ia menjadi perbuatan terpuji, hanya saja pahala tersebut bukan disebabkan kesedihan itu namun kerana perbuatan baik yang beliau kerjakan.
Dalam Al-Quran sendiri terdapat banyak ayat yang menyuruh kita agar jangan bersedih seperti dalam firman-Nya, yang bermaksud: “Janganlah kamu bersikap lemah dan janganlah (pula) kamu bersedih, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (darjatnya).” (QS.Ali Imran: 139).
Dan masih banyak ayat-ayat lain yang seumpama dengan ayat di atas. Maka kita sebagai insan yang pastinya akan menempuhi saat-saat sedih ataupun sudah melalui kematian ibu misalnya, ambillah pendapat mana-mana yang difikirkan sesuai.
Janganlah pula kita merasakan pendapat orang lain salah dek kerana kita jenis manusia yang tabah dikurniakan Allah tidak menangis dan kita berpegang pendapat jangan menangis lantas tidak membenarkar orang lain menangis.
Nota : penulis juga menangis semasa menerima berita kematian ibu tapi Al-hamdulillah sekadar titisan air mata….

Tuesday, May 12, 2009

Susahnya kehidupan tanpa Ibu


Sambungan Kisah persekolahan

Tahun ke-dua dan seterusnya di Sekolah Menengah Tuanku Syed Putra (SMTSP) amat memeritkan. Kisah terdahulu aku dah ceritakan tentang kes-kes buli di asrama tambahan pula kehilangan ibu tercinta.
Maka jiwa agak tertekan ketika itu. Tiada lagi tempat mengadu mengharapakan kakak-kakak yang memahami jiwa remaja kita.
Kakak-kakak pula mula nak hidup baru berkahwin dan membina keluarga. Tak banyak yang dapat membantu sekadar dorongan dan sedikit sumbangan kewangan.

Kebahagian rumahtangga mula berubah, rasa hendak balik kampung setiap kali cuti sudah tiada. Aku ketika itu lebih rela bercuti di rumah kakak-kakak dari kampung sendiri. Sebabnya tak perlu diceritakan di sini. Cukup sekadar dinyatakan ‘baiyati jannati’ sudah mula pudar…

Bapak agak sedikit berubah dibandingkan dengan masa adanya ibu dahulu.. Itu fikirku…..Hanya Allah yang tahu.

Sejak ibu meninggal, remaja yang kian membesar ini agak sedikit terabai dari segi keperluan hidup. Bapak setiap kali pulang ke kampung akan bertanya
“ada duit tambang ? “ pastinya jawabku ada kerana memang polisi sekolah menyediakan tambang. Bapak tidak lagi perlu memberiku duit tambahan kerana sekolah dah bagi.
Aku sedikit hairan kenapa dulu di tahun satu, bapak akan bagi walaupun dah ada duit sekolah bagi. Persoalan ini sukar nak jawab mungkin kerana bapak dah ada kommitment lain pada waktu itu.

Masih teringat dalam tingkatan 3 lepas cuti penggal pertama aku ke sekolah hanya berbekalkan RM 15.00 sahaja. Sedangkan aku akan berada di asrama lagi 3~4 bulan.
Tambang dari kampung ke sekolah mencecah RM 7.00, maksudnya aku Cuma ada baki RM8.00 sahaja.
Sepanjang di asrama aku tidak pernah makan di kantin kerana kena bayar sendiri. Cuma makan di dewan makan asrama yang telah disediakan dan dibayar dengan biasiswa secara tahunan.

Gambar sekadar hiasan

Melihat orang lain makan di kantin terasa ingin juga tetapi tidak berkemampuan. Hanya dapat merasa di tahun satu sahaja kerana di waktu tu arwah mak akan bagi wang tambahan sebagai duit poket. Tak banyak dalam RM50 sahaja tapi cukut besar untuk seorang pelajar tingkatan satu. Mungkin kerana arwah mak memang jenis menabung untuk anak-anaknya sebab tu aku dapat merasa. Bila mak tiada…..entahlah….

Setiap tahun, kena tukar baju dan seluar sekolah – aku hanya sempat merasa pada tahun satu dan dua sahaja dapat 2 pasang. Tahun seterusnya hanya satu, itupun atas sumbangan wang dari kakak-kakak. Bapak umpama melupakan kami, tanpa menyediakannya dan hanya bertanya “Kak mu dah beli baju ?”.
Aku tetap bersangka baik, mungkin kommitment lain menyebabkan bapak sedikit melupakan kami. Atau mungkin kerana tekanan hidup di waktu itu.

Lebih menyedihkan lagi setiap kali hari raya, setiap anak menginginkan baju baru walaupun murah tapi dibeli oleh orang tuanya. Tetapi apa yang berlaku aku tidak pernah dapat merasa baju raya selepas mak tiada dibeli oleh bapak. Semuanya disediakan oleh kakak-kakak. Nasib baik ada kakak-kakak yang ingin melihat adik mereka bergembira di hari raya.

Berbalik kisah di sekolah, kerana inginkan baju tambahan untuk ke sekolah, aku biasanya akan meminta dari senior. Abang senior yang nak tinggalkan sekolah (form 5) biasanya akan hadiahkan apa-apa saja untuk adik junior. Aku pastinya akan minta baju sekolah mereka. Walaupun second hand tapi masih elok lagi. Cukuplah sekadar baju kedua.

Pernah juga aku tak cukup kain pelikat, memikirkan macam mana nak tambah – nak beli tak mampu walaupun hanya RM 10.00. Harap dibelikan – hanya tinggal harapan. Jadinya aku cari-cari di ampaian. Memang ada terjumpa yang dah lama ditinggalkan. Mungkin kepunyaaan senior yang dah habis belajar.
Selepas memerhati lebih seminggu tak diambil orang maka aku pun ambil jadikan kain tambahanku. Kainnya masih elok cuma sedikit berdebu sebab lama ditinggalkan. Basuh dan pakai semula.

Pakaian berjemana memang impian remaja. Zaman 80-an era rock, semua berseluar jean ketat dan kasut sport. Pastinya aku juga ingin merasa berkasut sport.
Pada zaman tu kasut terkenal adalah jenama NIKE dan ALIPH. Nak beli baru tak mampu jadi tunggu kawan-kawan jual 2nd hand. Masih ingat lagi kasut sport pertama jemana ‘ALIPH’ beli dari Jieman – rakan sebilik dengan harga RM30.00. Duit dapat masa raya, tu pun kakak-kakak hulurkan.

Bila ingat balik kisah menghadapi zaman sekolah amat menyedihkan. Segalanya secara paling minima. Baju sekolah selagi tak ketat atau koyak rabak masih boleh dipakai. Peralatan sekolah cukup setahun sekali – Pen, pensel, pembaris dan sebagainya.Baju berjenama jauh sekali. Tunggu hari raya dari ihsan kakak-kakak. Nasib baik ada kakak-kakak yang begitu mengambil berat keperluan adik mereka.

Makan sedap-sedap, fast food (KFC, MC D, Pizza) jauh sekali. Harapkan dewan makan sekolah aja. Buku-buku teks nasib baik sekolah sediakan. Buku rampaian/buku kerja dapat dari abang-abang senior.

Walaupun hidup susah tapi Al-hamdulillah berkat doa arwah mak dapat juga bergelar siswazah dan berjawatan jurutera.

Untuk mama, Arrie, Iffa, Ammar, Dina dan Insyirah(bakal lahir) :
Cerita ini sekadar pengajaran bahawa tidak semua orang bernasib baik mempunyai ibu bapa cemerlang. Ibu cemerlang abah pergi meninggalkan abah ketika masih memerlukannya.
Abah janji semua anak-anak abah akan mempunyai ibu bapa cemerlang dan terbilang sehingga akhir hayat abah walau apa keadaan sekalipun…

..Sikit sama kita cubit, banyak sama kita lapah… Insya-Allah…

Monday, May 4, 2009

Berita pemergian ibu



Sambungan kisah di SMTSP – Berita kehilangan ibu.

Tahun pertama di Sek Men. Tuanku Syed Putra (SMTSP) merupakan pengalaman luar biasa berjauhan dengan keluarga.
Rasa rindu terhadap keluarga & Kampung begitu menebal. Maklumlah budak baru 13 tahun pastinya merindui belaian dan kasih sayang kedua orang tua.

Sistem di sekolah berasrama penuh (SBP) tak membenarkan pelajarnya balik ke rumah sesuka hati walaupun di hujung minggu. Terpaksalah tunggu hingga cuti penggal sahaja untuk balik kampung.

Boleh dibayangkan sendiri betapa rindunya aku pada keluarga di kampung ketika itu. Terpaksa tunggu selepas 3 bulan untuk balik.

Istimewanya SBP, balik kampung di sediakan bas dari sekolah terus ke bandar terdekat dengan kampung. Betapa meriahnya ketika itu sebab semua kawan-kawan dari Kedah akan balik bersama.

Riuh dengan gurau senda dalam bas. Sampai di Alor Star, semua akan ambil bas masing-masing ke kampung masing-masing. Pihak sekolah menyediakan tambang untuk pergi balik secara tunai – polisi SBP. Jadi kita tak perlu risau tak ada duit tambang sebab disediakan.

Kerinduan dan rasa hendak balik kampung selalu rupanya tidak berpanjangan. Di tahun ke-dua di SMTSP, emak pergi meniggalkan kami. Allah lebih menyayanginya.

Masih segar dalam ingatan saat-saat menerima berita menyedihkan itu walaupun kisah ini berlaku 23 tahun lalu. Aku pulang dari sekolah seperti biasa. Tarikhnya seminggu sebelum cuti pertengahan penggal pertama.
Selesai makan di dewan makan, balik ke bilik asrama.

Belum sempat masuk bilik kamar, tiba-tiba datang seorang abang tingkatan 4 (pengawas) dengan berkata “ bertenang…..sabar dengan apa yang abang nak sampaikan…”
Aku kehairanan kenapa Abang Mat Akhir ni..? Tak pernah dia begitu serius sebelum ni…

“Emak adik Mie dah tak ada..”. Lemah segala sendi-sendi ku…
Tanpa disedari air jernih mengalir dari kelopak mataku..
Abang Mat Akhir memelukku. Aku tak dapat bertahan lagi sedikit teresak-esak.
“Sabar dik….”. Aku rasa bertuah kerana masih ada abang-abang senior yang begitu memahami dan mengambil berat pesaanku seorang budak 14 tahun yang berjauhan dengan keluarga. Terima kasih tak terhingga kepada Abang Mat Akhir.

Aku pulang ke kampung bersendirian. Ihsan seorang guru warden asrama, beliau menghantarku sampai ke hentian bas Kangar. Sepanjang perjalanan aku hanya diam sahaja, kadang-kadang air mata jatuh secara tidak disedari.
Kenapa mak meniggalkanku di saat aku masih memerlukan belaian seorang ibu..?
Itulah soalan yang sering bermain di minda sepanjang perjalanan pulang.
Sampai di Kuala Nerang (pekan terdekat dengan kampung) – Jam dah hampir pukul 7. Tiada lagi bas ke kampung jadi aku nekad balik jalan kaki. 5 Kilometer bukanlah jarak yang begitu jauh.

Sampai di jambatan Kuala Nerang, aku bernasib baik kerana terjumpa Abang Wahab (abang ipar). Dia dalam perjalanan hendak ke sekolahku kerana khuatir – sekolah tak benarkan aku balik sendiri.

Aku terus membonceng motosikalnya dan balik ke kampung. Sampai di kampung sekali lagi kejutan berlaku. Rumah dah kosong.

Adakah aku terlambat dan tak sempat menatap jenazah ibu tercinta ? Sekali lagi air jernih bercucuran dari kelopak mataku.
Abang Wahab menerangkan jenazah ibu berada di kampung Padang Nyior.
Baru aku teringat ibu pernah berkata, jika dia meniggal – dia hendak di kebumikan di kampung asal usulnya.
Hajat ibu termakbul kerana meninggal di Kampung halamannya dan dapat dikebumikan berdekatan sanak saudaranya.Gambar sekadar hiasan

Lepas maghrib aku bersama Abang Wahab terus ke Kg Padang Nyior dan menghadiri upacara solat jenazah dan pengkebumian jenazah ibu.

Itulah saat yang paling menyedihkan kerana sebelum ini hanya solat jenazah orang lain tapi kali ni ibu sendiri.
Al-hamdulillah jenazah ibu selamat dikebumikan dan kami se-keluarga mengharungi kehidupan seperti biasa…..

Bersambung….Susahnya mengharungi kehidupan tanpa belaian seorang ibu…..

Untuk Arrie, Iffa, Ammar, Irdina :
Hargailah mama yang banyak membantu anda semua, berkorban untuk keluarga. Tanpa mama kehidupan kita pasti tidak seceria seperti kini.
Untuk mama :
Kami semua menghargaimu – Selamat Hari Ibu

La Familia....



Baguih..baguih...bapak sapa la agaknya no....?


Sayangnyer.. abang Ammar ngan Dina..

Cuba buat pose yang paling ayu di pasaran...



Ok 1..2..3...senyum....klik!



Kat atas pokok pun jadi la....

Apakah yang direnungkan tu..

Hmmm.. cuba minta simpati dari abah nak beli mamam...


Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 

arries family Blak Magik isesigned by productive dreams for smashing magazine Bloggerized by Ipiet © 2008